Biografi dan Sejarah Bisnis Muhammad

“Batas pengetahuan tentang beliau (Muhammad saw), hanya bahwa beliau
adalah seorang manusia, dan bahwa beliau adalah sebaik-baik makhluk Allah
seluruhnya”.
SUDUT HUKUM | Syair yang dilantunkan oleh penyair al Bushiri tersebut memberi kesimpulan bahwa seeorang tidak mungkin menjangkau dan menguraikan tentang riwayat Muhammad secara sempurna. Hal ini senada dengan pendapat Mohammed Arkoun yang menyatakan bahwa mendekati kepribadian Muhammad adalah sesulit dan se kontroversi mendekati al Qur’an itu sendiri. Meskipun demikian, dalam menjelaskan biografi dan sejarah bisnis Muhammad penulis tetap berusaha semaksimal mungkin.
Muhammad adalah sosok manusia pada umumnya, sebagai manusia dia sama secara fisiologis dengan lazimnya manusia. Namun ia mendapat wahyu sebagai tanda kenabiannya, jauh sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi, Muhammad menunjukkan performa dengan kualitas manusia yang lebih pada umumnya.
Mengenai masa kelahiran Muhammad para sejarawan berselisih pendapat, Husein Haikal dalam Sejarah Hidup Muhammad saw, menerangkan tentang perselisihan pendapat tersebut. Sebagian besar mengatakan Muhammad dilahirkan pada tahun gajah, yaitu peristiwa agresi Abraham untuk menghancurkan ka’bah. Pendapat lain mengatakan Muhammad dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun sesudah tahun gajah. Ada juga yang menaksir sampai tujuh puluh tahun.
Para ahli juga berlainan mengenai bulan kelahirannya, sebagian besar mengatakan Bahwa Muhammad dilahirkan pada bulan Rabiul Awal, ada juga yang mengatakan bulan Muharram, Safar, Rajab dan juga bulan Ramadhan. Mengenai tanggalnya juga berbeda-beda, salah satu pendapat mengatakan malam kedua Rabiul Awal, pendapat lain mengatakan malam kedelapan, kesembilan atau kedua belas. Namun dari sekian pendapat yang lazim diketahui masyarakat dalam khazanah keislaman adalah 12 Rabiul Awal tahun Gajah.
Muhammad dilahirkan dari pasangan Abdullah dan Aminah, ayahnya sudah meninggal sejak Muhammad masih dalam kandungan dan ibunya berpulang ketika ia masih kanak-kanak tepatnya pada usia enam tahun. Karena itu, kemudian sejak kecil Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib, dan setelah kakeknya meninggal, Muhammad diserahkan ke pamannya, Abu Thalib.
Diagram silsilah Muhammad Secara garis keturunan Muhammad adalah orang yang mempunyai garis keturunan dari orang yang dihormati dan disegani di masyarakat
Quraisy. Dan garis keturunan tersebut dapat dibanggakan. Muhammad anak Abdullah, anak Abdul Mutholib, anak Hasyim-pendiri kabilah Bani Hasyim, anak Abdul Manaf, anak Qushay-pendiri suku Quraisy yang berkuasa di Makkah. Melihat garis keturunan tersebut Barnaby Rogerson menerangkan, Muhammad tidak akan pernah kekurangan sepupu, tidak akan pernah sendiri dan kelaparan atau kekurangan perlindungan, karena ia dari Bani Hasyim dari suku Quraisy. Lahir sebagai orang Quraisy Makkah merupakan awal yang baik dalam kehidupan di Arabia Tengah, karena selama empat generasi, keuntungan dari menjaga Makkah dan mengatur kafilah dagang berada di tangan orang-orang Quraisy.
Namun kelahiran Muhammad dari kalangan terhormat tidak sama dengan keadaan perekonomian, karena pada saat Muhammad lahir keadaan keluarga dalam kondisi yang relatif miskin. Dia tinggal bersama keluarga selama enam tahun dan mengalami kehidupan nomaden yang amat sulit. Ketika dibawa ke Makkah, dalam perjalanan itulah ibunya meninggal dunia. Kesedihan mendalam inilah yang menjadikan Muhammad kemudian tumbuh sebagai pribadi yang mandiri dan peduli dengan yatim piatu. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dirawat kakek dari garis ayah, yaitu Abdul Mutholib. Kakeknya adalah orang yang masih diperhitungkan, dia tetap diakui sebagai ketua kabilah Bani Hasyim dari suku Quraisy, meski pada saat itu dia sudah tidak dapat berpergian bersama kafilah-kafilah.
Bersama kakeknya Muhammad hidup dengan penuh limpahan kasih sayang, orang tua bijaksana inilah yang memimpin pemburuan ketika Muhammad kecil tersesat di labirin lorong-lorong Makkah, dan ditemukan ketika Muhammad sedang menyusuri jalan di kota atas.
Suasa keakraban dengan penuh kasih sayang cucu dan kakeknya digambarkan ketika Muhammad digendong di punggung kakeknya seraya berseru kepada Tuhan untuk melindungi dan mengawasi cucunya yang telah menjadi anak yatim piatu itu, Abdul Mutholib melakukan ini di hadapan ka’bah. Tampaknya Muhammad sudah mendapat tempat sendiri di hati kakeknya tersebut, hanya dialah yang diizinkan duduk bersama di atas tempat tidur siang yang ditempatkan di luar pintu di balik bayangan ka’bah.
Pada masa mudanya kakeknya adalah pedagang yang sangat sukses. Dan kakek yang sangat sangat ketika memutuskan untuk merawat Muhammad. Namun ketika dia meninggal, Muhammad yang saat itu berusia delapan tahun tidak mendapat warisan apa-apa, sanak saudara yang lebih kuat mengendalikan usaha peninggalan kakeknya.
Sepeninggal kakeknya, Muhammad dipercayakan kepada pamannya, Abu Thalib. Diyakini bahwa ia sudah mendapat perintah dari Abdul Mutholib menjelang wafatnya beliau. Bersama pamannya inilah Muhammad mulai belajar untuk mencari nafkah dan bekerja keras jika ingin mengumpulkan banyak kekayaan untuk memiliki unta-unta sendiri, dan kelak untuk membayar mahar kepada seorang istri.
Pamannya memang merupakan orang yang tidak memiliki harta yang banyak, tapi banyak anaknya. Maka, melihat situasi itulah Muhammad memutuskan untuk memulai bekerja dengan menggembala kambing untuk pamannya. Sejak saat itulah dalam usia yang masih kecil, delapan tahun, Muhammad belajar menjadi bisnisman, beliau belajar hidup mandiri untuk meringankan beban pamannya dan juga untuk kebutuhannya dengan menggembala kambing penduduk Arab di padang pasir. Muhammad mempunyai tanggung jawab ratusan ekor kambing yang dipercayakan
kepadanya. Menggembala kambing tidak semudah yang dibayangkan banyak orang, jangan memandang remeh pekerjaan ini, kambing memiliki bau apek, kotor dan tidak gampang mengikuti perintah meskipun dipukul dengan keras.
Rogerson menerangkan, pada masa ini Muhammad sudah masuk pada tahap awal dunia dewasa pedagang Makkah, pertama-tama dan terutama harus belajar tentang perawatan dan penangkaran unta. Sebagian dari upaya ini bersifat instingtif, sesuatu yang sudah dia dengar dan dia lihat sepanjang hidupnya. Hal-hal teknis menjadi pelajaran penting, bagaimana mengikat tali binatang buas pengembara itu pada malam hari, bagaimana perlahan-lahan menyapih unta muda dari induknya, bagaimana mengikat tali pelana, dan bagaimana cara terbaik menaikkan beban ke badan unta agar tidak merasa kesakitan.
Sekilas itu adalah hal yang mudah dan tidak penting, namun Muhammad menjadikan itu sebagai langkah awal menapaki karirnya, yang kelak akan menjadi pedagang maupun pebisnis besar. Muhammad melakukan hal tersebut dengan penuh tanggung jawab dengan kejujuran, amanah dan profesional. Hal-hal inilah yang menjadikan Muhammad tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dipercayai banyak pihak.
Pada tahap selanjutnya, Muhammad masuk pada tahap magang masa mudanya. Manajemen unta menjadi lahan untuk masa magang tersebut. Di sini Muhammad harus belajar tentang peta dan menandai rute-rute perdagangan di wilayah padang pasir Arabia. Dia harus mempelajari jalan dimana mengalami penyempitan dan di jalan mana pula yang hanya bisa dilewati satu barisan. Muhammad juga harus belajar bahwa ukuran kafilah juga ikut menentukan rute mana yang harus dipilih, semakin besar kafilah semakin aman jalannya melewati padang pasir.
Pengalaman alamiah di atas harus secepat mungkin Muhammad pelajari untuk bisa bertahan dari pedagang lain dalam menjalankan kafilahkafilah Arabian kuno. Muhammad belajar dengan cepat dan menunjukkan kepiwaiannya dalam menghadapi berbagai masalah, sehingga pada usia 12 tahun Muhammad melakukan perjalanan dagang pertamanya bersama Abu Taholib pamannya. Ada sumber lain yang mengatakan usia Muhammad sembilan tahun dalam menyertai perjalanan Abu Thalib dari Makkah ke Syria.
Perjalanan dagang bersama Abu Thalib menjadi pelajaran sangat berharga bagi Muhammad, di sini ia harus mempelajari setiap seluk-beluk perdagangan. Dia juga harus belajar tentang hierarki kekayaan. Muhammad belajar ini semua dari pamannya dengan diskusi dalam perjalanan dagangnya. Tahap selanjutnya bagi pedagang muda Quraisy Makkah adalah mengenal barang-barang yang akan diperdagangkan, komoditas pertama perdagangan pedagang Arabia adalah pertukaran sederhana produk masyarakat nomaden dengan produk pertanian masyarakat yang mapan.
Komoditas keduanya adalah kulit, kulit dapat diambil dengan murah dari Baduwi sepanjang tahun dan kemudian dipak untuk perjalanan panjang ke kota-kota kecil Syria dan Irak. Dupa menjadi unsur ketiga dalam komoditas perdagangan, dupa adalah barang dagangan kafilah yang paling menguntungkan. Untuk menjadi pedagang yang efektif dan sukses Muhammad harus menguasai seluk beluk pasar barang di atas.
Rupanya, perjalanan Muhammad dengan pamannya ke Syria, Jordan dan Lebanon ditangkap dengan cukup cerdas olehnya bahwa bisnis yang berkembang pesat di sana adalah perdagangan. Sebab secara geologis tanah di Makkah memang tidak cocok untuk bercocok tanam. Maka, peluang menjadi pengusaha menjadi lebih besar dari pada menjadi petani. Kejelian inilah yang membuat Muhammad menekuni bidang perdagangan.
Secara garis keturunan sebenarnya tidak mengherankan kalau dalam diri Muhammad terdapat jiwa bisnis, sebab latar belakang keluarga beliau sendiri adalah pebisnis, atau istilah pada masa itu yang sering digunakan adalah pedagang. Bukan sekedar pebisnis biasa namun juga pebisnis kuat dan sukses. Sejarah mencatat, empat orang putra Abdul Manaf (kakek-kakek Muhammad) adalah pemegang izin kunjungan dan jaminan keamanan dari para penguasa dan negara-negara tetangga seperti Syria, Irak, Yaman dan Ethiopia.
Muhammad tumbuh dewasa dan muda bersama pamannya, pengalaman-pengalaman perdagangan sudah beliau dapatkan ketika melakukan perjalanan dagangnya. Melihat bekal yang sudah banyak yang Muhammad dapatkan, akhirnya dia memutuskan untuk berdagang/berbisnis secara mandiri. Selain itu Muhammad juga menyadari bahwa Abu Thalib bukanlah orang kaya raya, pamannya juga punya tanggung jawab keluarga besar yang harus dinafkahi.
Dalam perjalanan bisnis awalnya Muhammad memulai dengan perdagangan sederhana, seperti membeli barang dari pasar dan menjualnya secara eceran kepada masyarakat Makkah. Pada usia 17-20 tahun Muhammad mengalami masa-masa tersulit untuk menjalankan usaha bisnisnya, dia harus bersaing dengan pemain-pemain bisnis senior di tingkat regional, di sinilah ketangguhan dan keseriusan beliau diuji.
Meskipun dalam masa sulit dan tidak punya modal, Muhammad banyak menerima modal untuk berbisnis dari para janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka. Dan mereka menyambut baik kejujuran Muhammad yang memang sudah sejak kecil dikenal rajin dan percaya diri sehingga membawa reputasi baik ketika ia menjadi dewasa.
Muhammad dikenal karena kejujuran dan integritasnya, penduduk Makkah sendiri memanggilnya dengan sebutan Siddiq (jujur) dan Amin (terpercaya). Dengan demikian terbuka kesempatan luas bagi Muhammad untuk memasuki dunia bisnis dengan cara menjalankan modal orang lain, baik dengan cara kerjasama antara pemodal dan Muhammad menjadi pengelola modal atau bagi hasil sebagai mitra kerja, maupun dengan upah atas jasa yang telah dia berikan.
Salah satu dari janda kaya yang menjalankan bisnisnya melalui agenagen berdasarkan berbagai kontrak tersebut adalah khadijah, seorang wanita konglomerat terkenal di Makkah. Melihat pengakuan dari mitra-mitra kerja Muhammad bahwa ia adalah orang yang jujur dan profesional, dan matang dan lurus dalam perhitung-hitungannya. Kemudian menumbuhkan kepercayaan Khadijah untuk bermitra dengan Muhammad. Abu Thalib yang sudah melihat bakat berbisnis dalam diri Muhammad langsung mempromosikan keponakannya kepada Khadijah sebagai manajer bisnisnya dengan memperoleh gaji dua kali lipat dibanding gaji awal yang ditawarkan Khadijah.
Awal kerjasama dagang Muhammad dengan Khadijah dimulai dengan perjalanan dia dengan modal dari Khadijah ke berbagai perjalanan dagang ke pasar utara dan selatan. Sebagai seorang mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan bagi Khadijah, Muhammad diberi upah atas jasa tersebut. Dan terkadang pula berdasarkan bagi hasil atas hasil dagangnya sebagai mitra dagang.
Afzalurrahman menerangkan, selanjutnya Muhammad banyak melakukan perjalanan dagang dengan modal dari Khadijah. Salah satu perjalanan ini menjadi sangat terkenal sebab pada akhirnya Khadijah melayangkan usulan untuk menikah dengan Muhammad melalui pembantunya, Maesaroh. Tepatnya adalah pada perjalanan ke Busra di Syria. Keterangan mendetail mengenai ini terdapat dalam kitab-kitab hadits,
tarikh, dan sirah.
Lebih lanjut Afzalurrahman menjelaskan tahap awal Muhammad memulai karir sebagai pedagang, sebagaimana diterangkan di atas, pada usia 17 tahun atau mungkin 18 tahun Muhammad sudah mulai usaha dagangnya sendiri. Hal ini dikarenakan Muhammad sama sekali tidak suka berlama-lama menjadi tanggungan pamannya. Inilah yang membawanya ke berbagai negara tetangga, terutama di dekat perbatasan Arab, kota-kota dagang di Yaman, Bahrain bahkan mungkin ke Abysinia. Bagi orang yang jujur seperti Muhammad, ini merupakan hal yang wajar. Dalam mencari nafkah yang halal, Ia mesti bekerja keras menggeluti profesi dagang, tidak hanya untuk biaya
hidup tapi juga untuk membangun reputasi agar orang-orang kaya lebih maju dan mempercayakan dana mereka padanya.
Beberapa keterangan sudah penulis ungkapkan di atas, dan semuanya menjadikan kita yakin akan sebuah kebenaran bahwa Muhammad sudah sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan yang mendukungnya untuk menjadi seorang pedagang besar. Dengan pengalaman sebagai penggembala tentunya Muhammad sudah memacu semangatnya untuk kelak menjadi pedagang yang lebih sukses.
Kembali Afzalurrahman, dia mencoba meyakinkan bahwa Muhammad telah melakukan cukup banyak perjalanan dagang ke berbagai tempat di Syria dan Yaman atas Khadijah –sebelum perkawinannya. Meskipun dengan demikian sebetulnya Muhammad telah melakukan perjalanan-perjalan serupa untuk memenuhi biaya hidupnya, tentunya ini terjadi sebelum kerja sama dengan Khadijah.
Berdasarkan hasil kinerja Muhammad yang memuaskan dengan membawa untung besar, yang konon tidak pernah diperoleh oleh pedagangpedagang sebelumnya. Khadijah memiliki ketertarikan-ketertarikan pada Muhammad di luar kemahirannya berdagang. Dia mulai tertarik kepadanya secara pribadi. Khadijah pun menggali informasi dari pembantunya yang menyertai perjalanan dagang Muhammad, Khadijah mempertanyakan apakah begitu Muhammad dapat dipercaya, baik dan tulus.
Setelah keputusannya bulat Khadijah meminta bantuan Nufasyah untuk bertanya kepada Muhammad apakah dia ingin menikah. Pertanyaan seperti itu dari orang semacam itu tidak boleh ditolak dengan bodoh. Muhammad terbuka dengan ide itu, meskipun harus menunggu sampai memperoleh mahar yang diperlukan. Nufasayah menjawab, “Bagaimana jika anda diberi sarana itu? Dan bagaimana jika ada seorang wanita yang menggabungkan kecantikan dan kekayaan, berdarah bangsawan dengan harta melimpah?” “siapa dia?” tanya Muhammad. “Khadijah!” jawabnya. “Saya mau,” jawab Muhammad.
Pasca pernikahannya dengan Khadijah, apakah aktifitas dagang Muhammad masih berjalan atau sudah selesai karena ada tanda-tanda tugas kenabian yang di kemudian hari beliau emban. Namun, melihat karakter Muhammad yang berkarakter pekerja keras dan ulet tidak mungkin jika sesudah menikah beliau hanya berdiam diri dan hanya menikmati kekayaan istrinya.
Muhammad pasca menikah tetap melakukan aktifitas dagang seperti biasanya, namun lebih bertindak sebagai manager sekaligus mitra usaha istrinya. Dengan terus menerus mengelola perdagangan kemudian status Muhammad naik menjadi business owner. Ketika beranjak usia 30 tahun beliau menjadi investor dan mulai memiliki banyak waktu untuk memikirkan kondisi masyarakat. Afzalurrahaman menyebutkan perjalanan Muhammad pasca menikah yang tercatat dalam sejarah: pertama, perjalanan dagang ke Yaman, kedua, ke Najd dan ketiga ke Najran.119 Diceritakan juga selain itu juga Muhammad juga terlibat dalam urusan dagang yang besar selama musim haji, festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz. Sedangkan musim lain sibuk mengurus perdagangan grosir-grosir di Makkah.
Harus diakui bahwa mencari bukti perjalanan Muhammad memang sangat sulit ditemukan, bagai kita mendapat mukjizat jika kita bisa mencatat sejarah Muhammad ribuan tahun silam. Namun kita sedikit menggambarkan berdasar beberapa keterangan tentang karakter dan kepribadian beliau yang sudah ditulis oleh beberapa sejarawan. (UBBADUL ADZKIYA’)