Inilah Orang-Orang Murtad Pada Masa Awal Islam

Sudut Hukum | Pada masa awal Islam ada sebelas kelompok orang murtad, tiga kelompok di masa Rasulullah Saw, tujuh kelompok di masa Abu Bakar ra, satu kelompok di masa Umar Ibn Khatab, diantaranya adalah:

Tiga Kelompok Di masa Rasulullah Saw Pada Akhir Umur Beliau

Adapun kaum yang pertama: yaitu, Banu Madzhij, dikepalai oleh Dzul Khimar Aihalah/Abdullah ibn Ka’ab al-Qisi, dia dijuluki dengan al-Aswad al-Ansi. Semula dia adalah dukun (tukang tenun) lalu mengaku Nabi di Yaman. sebelumnya, Nabi Saw. telah mengangkat Ba’dzan sebagai wali di Yaman dengan seluruh daerahnya, dan dia (Ba’dzan) adalah orang pertama yang masuk Islam dari raja-raja Ajam (non-Arab) dan dia amir pertama untuk negeri Yaman dalam Islam.

Kelompok kedua, yang murtad adalah Banu Hanifah dan Yamamah, Musailamah al-Kadzdzab sang pendusta yang mengaku dirinya sebagai nabi. Dia mengaku nabi pada waktu Rasulullah Saw masih hidup pada akhir tahun ke-10 Hijriyah, dan mengaku bahwa dia bersekutu bersama Muhammad Saw., dalam kenabian. Golongan ketiga yang murtad, Banu Asad, dipimpin oleh Thulaihah ibn Khuwailid. Thulaihah adalah orang murtad terakhir yang mengaku nabi di masa hidup Rasulullah Saw, dan sekaligus orang pertama dari kalangan orang-orang murtad yang diserang oleh tentara khalifah Abu Bakar ra. setelah wafatnya Nabi Saw.[1]

Tujuh Kelompok Murtad di Zaman Abu Bakar Ra

Setelah Rasulullah saw wafat, maka orang-orang Yahudi dan Nasrani bergembira ria, dan langsung berterang-terangan orang munafikin menampakkan kemunafikan yang tadinya disembunyikan. Manusia bergejolak dan banyak isu tersebar. Adapun ketujuh kelompok orang murtad di masa Abu Bakar ra, antara lain, yaitu:
  1. Suku Fazar yang dikepalai Uyainah ibn Ain ibn Badr,
  2. Suku Ghathafan dipmpin oleh Qurah ibn al-Qasri,
  3. Banu Salim dikepalai Najah ibn Abd. Yalil,
  4. Banu Yarbu’ dipimpin Malik ibn Nuwairah,
  5. Bani Tamim dipimpin seorang perempuan mereka, dinamai Sajah ibnti Mundzir dan mengaku nabi perempuan kemudian menikah dengan (nabi palsu laki-laki) Musailimah Al-Kadzdzab,
  6. Suku Kindah dipimpin oleh Asy’ats ibn Qais, dan
  7. Bani Bakr ibn Wail di Bahrain dikepalai Hatham Ibn Zaid.

Sekelompok Murtad di Masa Umar Ibn Khatab ra

Pada masa khalifah Umar ra. Ada satu kelompok orang murtad yang dikepalai oleh Al-Ghani dan teman-temannya.[2]

Inilah Orang-Orang Murtad Pada Masa Awal Islam

Imam Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa diantara mereka ada yang mengarang buku mengenai agama orang musiyrikin dan murtad dari Islam, seperti Ar-razi telah mengarang buku mengenai penyembahan ibntang-ibntang dan berhala-berhala, dan dia menegakkan dalil-dalil atau bagusnya hal itu dan manfaatnya dan ia mencintainya. Ini adalah murtad dari Islam secara kesepakatan muslimin dan walaupun kadang dia bertaubat darinya dan kembali ke Islam.

Telah diketahui bahwa menyakiti Rasul adalah sebesar-besar keharaman. Kemudian Ibnu Taimiyyah mengatakan, apabila dikatakan, sungguh beliau (Nabi SAW) telah bersabda dalam hadis, barang siapa berada pada (jalan) seperti apa yang aku dan sahabatku berada diatasnya (maka dia pada jalan golongan selamat), maka barang siapa keluar dari jalan itu sesudahnya, tidaklah dia pada jalan golongan yang selamat. Sungguh telah murtad manusia sesudahnya, maka mereka bukan dari golongan yang selamat.[3] Istilah golongan yang selamat yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-firqatu an-najiyah ( الفرقة الناجية ) muncul berdasarkan hadis Nabi saw yakni:

-2853حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلاَنَ، حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الْحَفَرِيُّ، عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادِ بْنِ أَنْعُمَ الإِفْرِيقِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي ‏”‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ مُفَسَّرٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لاَ نَعْرِفُهُ مِثْلَ هَذَا إِلاَّ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ ‏.‏ ‏) رواه التِّرْمِذِيّ [4](

Artinya: “Dari ‘Auf ibn Malik r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda; “Umat Yahudi telah berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu golongan, maka hanya satu golongan saja yang masuk syurga dan yang tujuh puluh lagi akan masuk neraka. Umat Nasrani telah berpecah-belah menjadi tujuh puIuh dua golongan, maka tujuh puluh satu golongan masuk neraka dan hanya satu golongan sahaja yang masuk syurga. Demi Tuhan yang diri ku di dalam kekuasaannya, umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya satu golongan sahaja yang masuk syurga dan tujuh puluh dua lagi akan masuk neraka. Sahabat bertanya, mana yang selamat”?Nabi saw., menjawab,“Mereka adalah jamaah”. (Golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah)”. (HR. al-Turmudzi).

Yang di maksudkan dengan jamaah yang selamat ini ialah golongan yang tetap berpegang teguh dengan al-Qur’an dan al-Sunnah dan juga dengan pendirian sahabat-sababat dan salafus-shaleh, atan pun yang diistilahkan oleh para ulama dengan golongan “Ahlus Sunnah wal Jamaah”. Selain dari golongan ini adalah sesat dan akan menjadi penghuni neraka.
Kata “ فرقة ” bermakna golongan, kelompok dari hasil berpecah, sedangkan ناجية bermakna selamat. Dalam konteks hadis di atas adalah selamat dari Neraka dan dimasukkan Surga.[5]

Hukuman bagi orang kufur dengan sebab apa yang dikemukakan diatas adalah diperintahkan untuk bertaubat selama 3 hari, jika ia bertaubat dari ucapan dan keyakinannya itu (maka taubatnya diterima) tetapi jika tidak, maka ia harus dibunuh, sebagai hukuman. Dan hukumannya setelah mati adalah sama dengan hukuman bagi orang yang murtad. Sebagian ahli ilmu membuat pengecualian, bahwa orang yang mencaci maki Allah dan Rasulnya maka dibunuh pada saat itu juga, dan tidak diterima taubatnya. Sebagian lagi berpendapat, bahwa ia diperintahkan untuk bertaubat lebih dulu dan taubatnya itu diterima, lalu ia mengucapkan dua kalimah syahadat, membaca istighfar dan bertaubat kepada Allah.6]

Rujukan:

[1] Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-Nabi Palsu dan Para Penyesat Umat,…, hal. 62.
[2] Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-Nabi Palsu Dan Para Penyesat Umat …, hal. 64.
[3] Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa, Juz. 4, (Riyad: Abd. Aziz al-sa’ud, t.t), hal 55.
[4] Abu Isa Muhammad bin Isa Al-Turmudzi, Sunan Al-Turmudzi, (Beirut: Dar Al- Fikr, 1980), hal. 148.
[5]Http://Noorakhmad.Blogspot.Com/2011/07/Jalan-Golongan-Yang-Selamat.Html, diakses Tanggal 16 Maret 2012.
[6] Hartono Ahmad Jaiz, Ada Pemurtadan di IAIN, Cet I, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2005), hal. 157.