Thalhah Bin Ubaidillah (Elang dari Uhud yang Dermawan)

Sudut Hukum | Thalhah Bin Ubaidillah (Elang dari Uhud yang Dermawan)

Rasulullah Saw. membacakan ayat yang mulia ini, kemudian menatap wajah para shahabat. Beliau kemudian bersabda sambil tangannya menunjuk kepada Thalhah, “Barangsiapa ingin melihat seorang laki-laki yang masih berjalan dimuka bumi, padahal ia telah memberikan nyawanya, maka hendaklah ia melihat Thalhah”

Si ‘Burung Elang dari Uhud’ ini memiliki nama asli Uthman bin Amru. Ia dilahirkan 28 tahun sebelum Hijrah. Berasal dari kaum Quraisy. Pada awalnya, Thalhah bin Ubaidillah, begitu ia sekarang dikenal merupakan seorang pedagang kain. Ketika berdagang di Basra, Thalhah bertemu seorang pendeta yang memberi tahu tentang kedatangan seorang Nabi bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Setelah pulang ke Makkah, beliau menemui Abu Bakar r.a dan menghadap Rasulullah Saw. untuk bersyahadat di masa umurnya 18 tahun.


THALHAH BIN UBAIDILLAH (Elang dari Uhud yang Dermawan)


Ia kemudian terkenal sebagai seorang saudagar yang kaya raya. Ibnu Khaldun pernah menuturkan, pemasukan harian Thalhah dari penjuru Irak berjumlah lebih kurang 1.000 dinar emas setiap hari. Namun, suatu hari ia takut dan gelisah ketika mendapati keuntungan berdagangnya 700 ribu dirham dan menceritakan itu pada istrinya. Ummu Kaltsum binti Abu Bakar Shiddiq, sang istri menyarankan untuk membagikan saja hartanya kepada orang lain. Maka, pagi-pagi, dimasukkannya uang itu ke dalam pundi-pundi besar dan kecil, lalu dibagi-bagikannya kepada fakir miskin kaum Muhajirin dan kaum Anshar.


Thalhah adalah seorang yang paling banyak berbuat baik kepada keluarga dan kaum kerabatnya. Ia menanggung nafkah mereka semua sekalipun demikian banyaknya. As-Saib bin Zaid pernah bercerita “Aku telah menyertai Thalhah saat sedang safar maupun sedang mukim, dan aku tidak pernah menemukan orang yang lebih merata kemurahan hatinya, baik mengenai uang maupun makanan daripadanya”. Sahabat Nabi yang lain, Jaabir bin Abdullah bertutur, “ Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta”.


Thalhah bin Ubaidillah adalah saudagar yang memiliki banyak ladang kurma. Ketika suatu hari ia mendirikan salat,dan tanpa sengaja melihat seekor burung tersesat di pepohonan kurmanya, ia terlupa bilangan rakaat yang dilakukannya. Merasa lalai, ia bergegas menghadap Rasulullah SAW dan menyatakan, “Ya Rasulullah, kebunku telah menyebabkan aku lalai dalam salat. Aku mendermakannya pada jalan Allah.”


Thalhah juga dikenal dermawan. Suatu ketika Rasulullah ingin membangun sebuah masjid. Tapi karena terhalang sebuah pohon kurma yang tidak diizinkan ditebang oleh pemiliknya, Rasulullah urung membangunnya. Kemudian Thalhah menemui pemilik pohon kurma itu dan menawarkan salah satu kebun kurma miliknya sebagai ganti satu pohon kurma tersebut. Pemilik pohon kurma dengan senang hati menerima tawaran itu. Hal ini kemudian diberitakan kepada Rasulullah dan mengatakan “orang yang pertama memakan kurma di surga ialah Thalhah”.


Oleh karena itu, ia juga dijuluki Al- Jaud wal Fayyadh sebagai pribadi yang Pemurah dan Dermawan Thalhah bin Ubaidillah meninggal dunia pada tahun 36 Hijrah atau pada tahun 656 Masehi. Thalhah wafat pada usia 60 tahun dan dimakamkan di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Ia meninggal karena terpanah pada perang Jamal. Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang di antara Thalhah dijamin masuk surga bukan hanya karena kedermawanannya, melainkan juga karena kecintaannya kepada Rasulullah Saw. Thalhah berjuang membela mati-matian nabi yang dicintainya itu pada Perang Uhud.



Ketika itu, Rasulullah diserbu pasukan penyembah berhala. Melihat itu Thalhah segera ke arah Rasulullah menerobos jalan menuju posisi beliau, yang sebenarnya pendek tapi terasa panjang. Setiap jengkal ia dihadang puluhan pedang yang bersilang dan tombak-tombak yang mencari mangsanya. Aisyah menuturkan,”Bila disebutkan Perang Uhud, Abu bakar selalu berkata,”Itu semuanya adalah milik Thalhah. Aku adalah orang yang mendapatkan Nabi Saw. Beliau pun bersabda kepadaku dan kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah,’Tolonglah saudaramu itu (Thalhah)”.Kami lalu menengoknya. Ternyata pada sekujur tubuhnya terdapat 70 luka tusukan tombak,sobekan pedang, dan tancapan panah. Jari-jari tangannya putus. Lalu kami segera merawatnya dengan baik”.