Munasabah Surah Al-Kafirun

Munasabah surah ini dengan surah sebelumnya atau persesuaian antara surah yang telah lalu (Al-Kautsar) dengan surah ini adalah: dalam surah yang lalu dijelaskan mengenai perintah Allah kepada Rasulullah agar beliau hanya beribadah kepadanya sebagai tanda syukur atas nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung banyaknya. Dan dilakukan dengan ihklas sebagai ibadah hanya karena Allah.

Adapun munasabah surah Al-Kafirun denga surah sesudahnya yaitu surah Al-Nashr, dalam surah ini Allah mengisyaratkan bahwa agama orang kafir akan lenyap dan agama yang dibawa Nabi Muhammad akan menang dan menjadi agama yang dianut oleh sejumlah terbesar dari penduduk dunia.

Menurut pendapat Ibnu Abbas, surah ini adalah surah yang memberikan peringatan bahwa Muhammad telah mendekati akhir hayatnya, sedangkan Al-Bukhari Muslim dari Aisyah menyatakan, sesudah turunya ayat ini Rasulullah selalu membaca “Subhannallah Wa Bihamdih” dan “Astaghfirullah Wa atubu Ilaih”.

Oleh karena itu surah Al-Kafirun ini mengandung makna mempertegas atau menguatkan, setiap agama berbada dengan agama lain dalam ajaran pokok maupun perinciannya karena tidak mungkin perbedaam perbedaan itu digabungkan dalam jiwa seseorang yang tulus terhadap agama dan kenyakinannya, masing-masing menganut agama harus yakin sepenuhnya dengan ajaran agama dan kepercayaannya.