Biografi Al-Imam Al-Mawardi

1. Al-Imam Al-Mawardi

Nama lengkap Al-Imam Al-Mawardi adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi. Ia lahir di Basra 364 H/975 M, dan wafat di Bagdad 450 H/1058 M. Dia seorang pemikir Islam yang terkenal, tokoh terkemuka mazhab Syafi‟i, dan pejabat tinggi yang besar pengaruhnya dalam pemerintahan Abbasiyah. Al-Imam Al-Mawardi merupakan salah satu tokoh pemikir Islam yang terkenal, Ia juga merupakan tokoh terkemuka mazhab Syafi’i. ia menjadi hakim Agung (Qâdi al-Qudât) dalam pemerintahan Abbasiyah disaat al-Qadir berkuasa. Sungguhpun demikian, ia termasuk penulis produktif, cukup banyak bukunya dalam berbagai bidang ilmu, mulai dari ilmu bahasa, sastra, tafsir sampai dengan ketatanegaraan.


Biografi Al-Imam Al-Mawardi

Al-ImamAl-Mawardi mempunyai reputasi tinggi di kalangan orangorang lama dalam barisan juru ulas Al-Quran. Ulasannya yang berjudul Nukatwa‟luyun mendapat tempat tersendiri diantara ulasan-ulasan klasik dari Al Qusyairi, Al-Razi, Al-Isfahani, dan Al-Kirmani. Tuduhan bahwa ulasan-ulasannya yang tertentu mengandung kuman-kuman pandangan Mu‟tazilah tidaklah wajar, dan orang-orang terkemuka seperti Ibn Taimiyah telah memasukkan karya Al-Imam Al-Mawardi ke dalam buku-buku yang bagus mengenai persoalannya. Ulasannya atas Al-Qur‟an popular sekali, dan buku ini telah dipersingkat oleh seorang penulis. Seorang sarjana Muslim Spanyol bernama Abul Hasan Ali telah datang jauh dari Saragosa di Spanyol, untuk membaca buku tersebut dari pengarangnya sendiri.


Al-ImamAl-Mawardi juga menulis sebuah buku tentang perumpamaan dalam Al-Qur‟an, yang menurut pendapat As-Suyuti merupakan buku pertama dalam soal ini. Menekankan pentingnya buku ini, Al-Imam Al-Mawardi menulis, “salah satu dari ilmu Qur‟an yang pokok adalah ilmu ibarat, atau umpama. Orang telah mengabaikan hal ini, karena mereka membatasi perhatiannya hanya kepada perumpamaan, dan hilang pandangannya kepada umpama-umpamanya yang disebutkan dalam kiasan itu. Suatu perumpamaan tanpa suatu persamaan (misal), ibarat kuda tanpa kekang, atau unta tanpa penuntun.”



2. Guru-gurunya

Walaupun Al-Imam Al-Mawardi lahir di Basra, tapi ia dibesarkan di Bagdad. Dari ulama-ulama terkemuka di Baghad ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Diantara guru-gurunya dalam bidang ilmu-ilmu agama :


Bidang hadis adalah:

  • Hasan bin Ali bin Muhammad Al-Jabali (sahabat Abu Hanifah Al-Jumahi)
  • Muhammad bin Adi bin Zuhar Al-Manqiri.
  • Muhammad bin Al-Ma’alli Al-Azdi
  • Ja’far bin Muhammad bin Al-fadhl Al-Baghdadi.
  • Abu Al-Qasim Al-Qushairi.

Bidang fiqh adalah:

  • Abu Al-Qasim Ash-Shumairi diBasrah.
  • Ali Abu Al-Asfarayni (Imam madzhab Syafi’i di Baghdad).
Gurunya yang terakhir ini amat berpengaruh pada diri Al-Imam Al- Mawardi. Pada gurunya itulah ia mendalami mazhab Syafi‟i dalam kuliah rutin yang diadakan disebuah masjid yang terkenal dengan masjid Abdullah ibnu al-Mubarok, di Baghdad.



3. Murid-muridnya

Diantaranya adalah:

  • Imam besar, Al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Khatib Al- Baghdadi.
  • Abu Al-Izzi Ahmad bin kadasy.

4. Buku-Buku Peninggalannya

Diantara buku-buku karangan Al-Imam Al-Imam Al-Mawardi adalah sebagai berikut:

Pertama; Dalam fiqh,Yaitu:

  • Al-Hawi Al-Kabir
  • Al-Iqna’u
Dalam ilmu fiqih, inilah Al-Imam Al-Mawardi, menunjukkan suatu pemikarannya yang merujuk pada Al-Imam Al-Syafi‟i, atau condong pada pemikiran-pemikiran ulama‟ Syafi‟iyah, seperti dalam kitabnya, Al-hawi Alkabir.


Buku ini ditulis oleh Al-Imam Ali bin Muhammad bin Habib Al- Imam Al-Mawardi ( w 450 H) yang merupakan syarah dari kitab Mukhtashar al-Muzani karya Al-Imam Al-Muzani. Buku ini merupakan syarah Al-Mukhtashar yang sangat panjang. Di dalamnya dikemukakan pendapat-pendapat Al-Imam Al-Syafi‟i, juga pendapat ashshab Imam Syafi‟i berikut dalil-dalilnya serta dibandingkan dengan madzhab fiqh lainnya semisal dengan madzhab Malikiyyah, Hanabilah, Dhahiriyyah. Di akhir pembahasan, semua persoalan “dimenangkan” oleh madzhab Syafi‟iyah.

Kedua; Dalam fiqh politik, Yaitu:

  • Al-Ahkamu As-Sulthaniyyah
  • Siyasatu Al-Wizarati wa Siyasatu Al-Maliki
  • Tashilu An-Nadzari wa Ta’jilu Adz-Dzafari fie Akhlaqi Al-Maliki wa Siyasatu Al-Maliki
  • Siyasatu Al-Maliki
  • Nashihatu Al-Muluk

Ketigal; Dalam Tafsir, Yaitu:

  • Tafsiru Al-Qur‟anul Karim
  • An-Nukatu wa Al-Uyunu
  • Al-Amtsalu wa Al-Hikamu

Kemudian ada juga kitab dalam bidang sastra diantaranya, Adabu Ad- Dunya wa Ad-Dini, kemudian ada juga dalam bidang aqidah yaitu kitab A‟lamu An-Nubuwah.


5. Pujian Para Ulama Terhadapnya

Sejarawan Ibnu Al-Atsir berkata: “ Al-Imam Al-Mawardi adalah seorang Al-Imam.Abu Fadhl ibnu Khairun Al-Hafidz berkata: Al-Imam Al- Mawardi adalah orang hebat. Ia mendapatkan kedudukan tinggi dimata sulthan. Ia adalah salah seorang imam, dan mempunyai karya tulis bermutu dalam berbagai disiplin Ilmu. Al-Khatib Al-Baghdadi berkata: Al-Imam Al- Mawardi termasuk tokoh ahli fiqh madzhab Al-Imam Al-Syafi‟i. Aku menulis darinya dan ia adalah orang yang berintegritas tinggi.


Ada diantara para Ulama diantaranya adalah Al-Imam Ad-Dzahabi yang menuduhnya sebagai Mu‟tazili, tetapi oleh para ulama yang lain diantaranya Ibnu Al-Subki, dan Ibnu Hajr menyangkal hal itu. Walaupun memang benar bahwa ada sebagian pendapat-pendapatnya yang sejalan dengan pendapat sekte Mu‟tazilah, diantaranya adalah pertama, pendapatnya berkaitan tentang kewajiban hukum dan pengamalannya apakah hal tersebut berdasarkan syariat atau akal? Al-Imam Al-Mawardi berpendapat bahwa hal tersebut berdasarkan akal. Kedua, pendapatnya tentang penafsiran satu ayat Al – A‟raaf, ia berkata : “ Allah tidak menghendaki penyembahan berhala-berhala.

Menurut beberapa muridnya, menjelang wafat Al-Imam Al-Mawardi pernah mengatakan:

“Buku-buku saya ada di si Fulan. Saya tidak akan mengeluarkannya, karena saya .khawatir saya tidak ikhlas . jika saya mati tolong pegang tangan saya. jika tangan saya bisa menggenggam, maka tulisan saya hanya sedikit yang dapat diterima, maka tolong ambil tulisan-tulisan saya lalu buang ke suangai Trigis. Akan tetapi jika tangan saya terbuka, maka itu berarti diterima Allah”.


Si murid mengatakan:

“Kemudian saya laksanakan pesannya begitu beliau meninggal. Ternyata tangan beliau terbuka. Maka saya tahu karangankarangannya diterima di sisi Allah. Lalu saya publikasikan”.


Al-ImamAl-Mawardi meninggal pada akhir bulan Rabi‟al Awal tahun 450 H dan di makamkan di Bab al Harb, Baghdad.