Ingin Bertaubat? Lakukan Hal ini

SUDUT HUKUM | Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dari hamba-Nya. Bahkan di dalam salah satu dari hadits Qudsi disebutkan bahwa Allah SWT bergembira bila ada hamba-Nya yang bertaubat. Namun tidak semua orang yang mengaku bertaubat itu pada hakikatnya telah bertaubat.

Sehingga belum tentu orang yang kelihatannya sudah bertaubat, sebenarnya telah diterima taubatnya oleh Allah SWT. Sebab boleh jadi taubatnya itu hanya sekedar pemanis, atau hanya penampilan luarnya saja, dan belum lagi menjadi taubat yang hakiki atau taubatan nashuha. Untuk diterimanya taubat oleh Allah SWT, maka setidaknya ada beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh para ulama, antara lain:

1. Ikhlas

Yang dimaksud dengan ikhlas dalam bertaubat itu artinya, bahka motivasi yang melatar-belakangi pelaku dosa itu bertaubat harus murni dari lubuk hati yang paling dalam. Dan tidak dikotori oleh motiv-motiv yang lain seperti untuk mendapatkan belas-kasihan, atau sekedar mendapatkan hati calon mertua, atau sekedar untuk pencitraan diri menjelang kampanye pilkada atau pemilu.

2. Menyesal

Ingin Bertaubat? Lakukan Hal iniOrang yang bertaubat itu harus menyesali di dalam hati yang paling dalam atas apa yang telah dilakukannya. Bila rasa sesal itu masih belum ada, maka itu pertanda bahwa sebenarnya taubatnya itu merupakan bentuk taubat yang sebenar-benarnya. Boleh jadi pelaku maksiat itu tidak melakukan dosa hanya karena kebetulan tidak punya kesempatan saja.

Begitu kesempatan untuk mengulangi datang, sangat besar kemungkinannya dia balik lagi mengerjakan dosa-dosanya itu. Boleh jadi penjudi itu berhenti berjudi karena lagi bangkrut dan tidak punya uang buat modal berjudi. Begitu dia dapat rejeki, maka penyakit judinya kumat lagi.

Boleh jadi wanita pezina sementara berhenti berzina karena terkena penyakit kelamin yang kotor. Tetapi begitu dinyatakan sembuh, ternyata balik lagi mangkal di pinggir jalan. Model seperti ini bukan tipe orang yang bertaubat, tetapi sekedar istirahat sejenak di antara dosa-dosa yang menjadi rutinitas.

Sedangkan orang yang taubatnya benar, ciri-cirinya antara lain dia menyesal sejadi-jadinya, sehingga walau pun dia punya kesempatan untuk melakukannya lagi, sama sekali tidak akan dilakukannya. Walaupun dirayu atau dipaksa dengan kekerasan, atau lewat kejadian yang cukup dilematis sekali pun. Tetap saja rasa sesal itu akan membuatnya bergeming.

3. Tidak Ada Ulangan

Bertaubat itu hakiatnya tidak mengulangi. Artinya, seseorang yang dikatakan telah bertaubat adalah orang yang jelas-jelas tidak pernah lagi mengulangi perbuatan dosa tersebut. Kalau dahulu tiap hari berzina tapi sekarang tidak setiap hari, hanya kadang-kadang saja kalau ada kesempatan, maka orang itu tidak dikatakan telah bertaubat.

Kalau dahulu terlalu sering meninggalkan shalat fardhu lima waktu, dan sekarang masih ada satu dua waktu shalat yang suka ditinggalkan, maka apa yang dilakukannya belum dikatakan taubat. Perbuatan seperti itu baru sekedar proses menuju taubat, tapi belum dikatakan bertaubat. Sebab dia masih saja mengulangi dosa-dosanya.

Dan salah satu trik agar jangan sampai dosa-dosa lama terulang lagi, caranya adalah dengan pindah rumah, pindah tempat kerja, pindah posisi dan mengganti lingkungan pergaulan, termasuk memutuskan persahabatan dengan siapa saja yang selama ini telah merusak hidup tanpa disadari.

4. Berhenti Total

Orang yang taubatnya benar adalah orang yang berhenti total dari melakukan dosa yang pernah dikerjakannya. Bila masih melakukannya, meski dengan kadar yang sudah banyak berkurang, tetap saja masih belum dikatakan sudah bertaubat.

Orang yang dahulu setiap hari menenggak khamar 5 botol, bisa sekarang sudah berkurang menjadi hanya 2 botol, tentu bukan termasuk orang yang bertaubat. Sebab dosa itu masih dikerjakannya. Orang yang bertaubat adalah orang yang secara mutlak dan total telah benar-benar meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.

5. Bayar Ganti Rugi

Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut.

6. Sebelum Ajal

Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda Nabi SAW

: إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ

Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi).

Siapa bilang Fir’aun itu tidak pernah bertaubat? Sekafir-kafirnya Fir’aun, ternyata di akhir kehidupannya dia bertaubat juga, setelah selama ini mengaku dirinya menjadi tuhan yang wajib disembah oleh rakyatnya.

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas ; hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri “.(QS. Yunus : 90)

Sayangnya Fir’aun terlambat bertaubatnya. Giliran Izrail sudah datang menjemput, baru dia mau bertaubat. Sehingga taubatnya itu sia-sia belaka, tidak ada gunanya.

آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

Apakah sekarang? Padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Yunus : 91)

Kenapa baru sekarang bertaubat? Kemarin-kemarin kemana sajakah gerangan?

7. Sebelum Matahari Terbit Dari Barat

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ

Orang yang bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya, maka Allah akan memberinya taubat. (HR. Muslim)

8. Istighfar

Beristighfar adalah berdzikir yang kontennya memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hak-Nya.

9. Shalat Taubat

Disunnahkan bagi orang yang bertaubat untuk mengerjakan Shalat Taubat, yaitu shalat sunnah dua rakaat seperti biasa, sebagaimaan yang disebutkan dalam hadits di awal. Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, [*Ahmad Sarwat, Lc., MA]