Biografi Karl Marx

SUDUT HUKUM | Karl Marx lahir pada tahun1818 di kota Trier diperbatasan barat Jerman yang waktu itu termasuk Prussia. Ayahnya seorang pengacara Yahudi, beberapa tahun kemudian pindah agama masuk Kristen protestan. Ibu Marx baru menyusul delapan tahun kemudian yang mungkin menunjukkan bahwa ia sebenarnya tidak ingin pindah.[1]
Pada umur 18 tahun Karl Marx belajar hukum di Bonn. Kemudian dia melanjutkan studi hukumnya lagi di Berlin. Selain pengaruh Lutheran masa itu, atmosfer pemikiran kelompok Hegelian juga kuat pada tahuntahun studiMarx. Namun seperti pada umumnya perjalanan seorang filusuf tidak ingin diikat oleh institusi-institusi di seputarnya, sering merupakan senjata bummerang yang menghantam pemiliknya, demikian pula halnya dengan Karl Marx.Semula dia berkeinginan menjadi dosen sebagai tonggak dalam karier akademi. Tetapi renananya itu terpaksa dibatalkan karena pahamnya yang radikal dan tidak mudah berkompromi dengan status quo yang berlaku pada waktu itu.[2]
Biografi Karl MarxKarena gagal merintis karir sebagai dosen, Marx menerjunkan diri sebagai wartawan, hal ini dimungkinkan karena golongan radikal pada waktu itu menerbitkan majalah oposisi di Koln dengan nama Rheinissche Zeitung, dengan segera Marx menjadi pemimpin redaksi. Karena tulisannya terlalu pedas untuk pemerintah maka majalahnya segera diberanguskan, dan akhirnya dia pindah ke Paris.
Pada tahun 1843, Marx menikah dengan Jenni Von Westphalen, anak Baron Von Westphalen. Selama hidupnya Marx mengalami masa berat ketika dia harus lari ke Brussel dan London, dia diusir dari Paris karena aktif bersama kelompok radikal menyuarakan kepentingan buruh dan rakyat kecil. Paris pada waktu itu merupakan pusat liberalisme dan radikalisme sosialis dan tokoh-tokoh revolusioner. Hal itu akhirnya mengubah keyakinan Marx akan penyalahgunaan sistem kapitalis yang meluas dapat dihilangkan oleh perubahan sosial yang hanya di dukung oleh elit intelektual saja.
Momentum terpenting untuk merealisir cita-cita bersifat internasional yang diusahakan Karl Marx sejak tahun 1845 menumbuahkan hasil, yakni dengan terbentuknya liga komunis (communist league) di Brussel tahun 1847. Liga komunis ini nantinya menjadi cikal bakal dari gerakan pekerja internasional pertama (international workmen’s association).
Perlu disebutkan bahwa liga komunis yang dimaksud hanya merupkan organisasi kerjasama dari kaum buruh Inggris, Jerman dan Prancis. Para pemimpinnya mencita-citakan terwujudnya sosialisme dan hidupnya senantiasa dalam pengawasan ketat pemerintahnya. Dengan terbitnya manifesto komunis, maka kaum buruh merasa punya dorongan semangat untuk mengadakan revolusi. Kejadian tersebut benar-benar terjadi dengan meletusnya revolusi liberal di Eropa. Kekacauan di Prancis terjadi pada tanggal 24 Februari 1848, kemudian meletus di Inggris, Jerman dan Brussel tempat Marx bermukim. Sadar akan pengaruh yang ditiupkan Marx, maka pemerintah Belgia menangkapnya dan kemudian mengusirnya ke luar negeri.[3]
Pada tahun 1848 Karl Marx bersama Frederich Engels menerbitkan manifesto komunis. Tulisan perjuangan ini adalah protes melawan proses aliansi dalam dunia kerja dan produksi. Marx tidak mengharapkan hasil apapun dari parlemen dalam kehidupan masyarakat yang menurut pandangannya dikuasai perjuangan kelas. Tajam sekali kritik Marx terhadap gereja dan agama (candu bagi rakyat).
Kenyataan sosial ekonomi, “penyangga” dari proses produksi, menurut pendapatnya, menentukan permukaan kehidupan agama, filsafat dan hukumnya. Untuk mencapai masyarakat yang adil berbagai hubungan dalam proses produksi harus diubah, apabila melalui satu revolusi kaum proletar dapat mengusai proses ini, maka akan dapat dicapai keadaan yang layak secara manusiawi. Proletariat ini dilihat Marx sebagai pencipta negara keselamatan yang baru, yaitu kehidupan dunia bersama yang adil.[4]
Di London, Marx membuat karya besarnya (magnus opus) yang dikenal luas dengan judul Das Kapital. Karya inilah yang kemudian memberi banyak sumbangan bagi perkembangan pemikiran-pemikiran sosial ekonomi selanjutnya. Lewat tulisannya Marx mendorong kaum buruh berjuang demi emansipasi di tengah masyarakat. Karl Marx meninggal di London pada 14 maret 1883[5]

[1] Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta: Gramedia Pustaka Agama, 2001), hlm. 45

[2] Andi Muawiyah Ramli, Peta Pemikiran Karl Marx, (Yogyakartta: LKIS, 2004), hlm. 37

[3] Ibid, hlm 39

[4] Noordegraaf, Orientasi DiakronisGreja:teologi dalam perspektif reformasi, terj. D.Ch. Sahetapy-Engel, (Jakarta; Gunung Mulia, 2004), hlm 105

[5] James, Garvey, Dua Puluh Karya Filasafat Terbesar,terj. Cb. Mulyanto. Pr(Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 105