Hukum Menghadiri Perayaan Hari-hari Besar Agama-agama Lain

SUDUT HUKUM | Masalah lain yang perlu dibicarakan di sini adalah hukum menghadiri perayaan hari-hari besar agama-agama lain. Apakah ajaran Islam membolehkan atau melarang para penganutnya menghadiri perayaan hari-hari besar agama-agama lain? Sebelum menjawab pertanyaan ini kita akan memberikan beberapa contoh.

Pada Jumat, 24 Desember 1999 Presiden Palestina Yasser Arafat, bersama istrinya Suha, menghadiri misa tengah malam di Gereja Saint Catherine di Bethlehem, dan menghadiri Perayaan Malam Natal di Gereja Kelahiran Kristus di kota yang sama, setelah menghadiri dan mengikuti acara tarawih di masjid dekat gereja itu. Di gereja itu, Arafat berdoa untuk perdamaian.

Kebiasaan menghadiri dua acara itu tampaknya dilakukan oleh Yasser Arafat setiap tahun, kecuali pada Perayaan Malam Natal 2002 karena ia dilarang oleh penguasa Israel untuk menghadiri acara itu, sehingga kursi yang telah disediakan untuknya kosong. Pada malam yang sama, 24 Desember 1999, di Banja Luka, Bosnia Herzegovina, orang-orang Serbia dan orangorang Muslim bergabung dengan 400-an orang Kroasia Katolik merayakan Misa Malam Natal. Suasana itu adalah cerminan kerukunan antara komunitaskomunitas dari agama-agama yang berbeda di kota yang selama beberapa tahun sebelumnya dilanda konflik berdarah yang penuh dengan kekerasan.


Budi Prasetyo, 38 tahun (pada 1999), seorang warga Mojejer, menceritakan bahwa apabila ada perayaan Natal di Sinagoge Mojejer, semua warga di dusun itu, termasuk yang Muslim, datang ke gereja itu untuk ikut merayakan Natal. Salah seorang pemuka Muslim biasanya memberikan sambutan dalam acara itu. Pembangunan sinagoge itu dilakukan dengan gotong-royong warga Kriten bersama dengan warga Muslim. Begitu pula ketika warga Muslim membangun surau Baitul Muttaqin, warga Kristen pun ikut gotong-royong. Dusun Mojejer terletak di Desa Mojejer, Kecamatan Mojowarno, Jombang, Jawa Timur.

Ketua MPR RI Amien Rais menghadiri perayaan Natal di Gereja Sentrum Tondano, ibukota Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, pada Selasa, 19 Desember 2000. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menemukan sebuah pengalaman menarik dan langka ketika menyaksikan kelompok Qasidah Kampung Jawa Tondano menyanyikan lagu Torang Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara) dalam perayaan Natal itu yang juga dihadiri oleh para ulama Muslim. Amien tidak kuasa menahan rasa haru saat menyaksikan kelompok Qasidah itu. Dengan nada suara yang bergetar ketika menyampaikan pidatonya, Amien berujar: “Saya betul-betul terharu menyaksikan praktik kehidupan rukun dan damai masyarakat di tempat ini.

Sungguh, ini menjadi pengalaman amat berharga bagi kita semua.” Sebagaimana pada acara-acara Natal Bersama Tingkat Nasional tahuntahun sebelumnya, acara Natal Bersama Umat Kristiani Tingkat Nasional tahun 2002 di Balai Sidang Senayan; Jakarta, pada Jumat, 27 Desember 2002 dihadiri oleh Presiden, Wakil Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, para menteri, para duta besar negara-negara sahabat, dan umat Kristen dari berbagai tempat di Jakarta dan sekitarnya. Di antara orang-orang Muslim yang menghadiri acara Natal Bersama itu adalah Presiden Megawati Soekarnoputri dan suaminya Taufik Kiemas, Wakil Presiden Harnzah Haz dan istrinya Ny Nani Hamzah Haz, Ketua MPR Amien Rais, Ketua DPR Akbar Tanjung, dan Menteri Agama Said Agil Husin Al-Munawar.

Kita menemukan pula orang-orang Muslim menghadiri perayaan Waisak di Indonesia. Waisak adalah hari raya agama Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting: kelahiran Buddha Gautama, pencapaian pencerahan tertinggi oleh Sang Buddha, dan wafatnya Sang Buddha. Ketiga peristiwa itu jatuh pada saat bulan purnama, di bulan Waisak. Pada tahun 2002 Hari Raya Waisak jatuh pada 26 Mei. Perayaan Waisak 2002 yang diselenggarakan secara nasional di Jakarta Convention Center (JCC), di Jakarta, oleh Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI) dihadiri oleh ribuan umat Buddha. Perayaan yang mengambil tema “Mengembangkan Pengendalian Diri Menuju Bangsa yang Damai dan Sejahtera” itu dihadiri pula oleh tokoh-tokoh agama lain, seperti KH Abdurrahman Wahid, Ketua MUI, Kardinal Julius Riyadi Darma Atmaja, Ketua PHDI, Haksu Thjie Tjai Ing (MATAKIN), Djohan Effendi, Akbar Tanjung, Kwik Kian Gie, Jacob uawea, dan lain-lain. KH Abdurrahman Wahid, Ketua MUI (tidak disebutkan namanya), Djohan Effendi, dan Akbar Tanjung adalah contoh orang-orang Muslim yang menghadiri perayaan Waisak.

Pada tahun 2003 kita menemukan kembali contoh orang-orang Muslim yang menghadiri perayaan Waisak. Menteri Agama Said Agil Husin Al-Munawar termasuk contoh orang Muslim yang menghadiri perayaan Waisak Nasional 2547 di Candi Borobudur, Jawa Tengah, pada Kamis, 15 Met 2003. Sebagai Menteri Agama ia tidak hanya sekedar menghadiri perayaan Waisak Nasional itu tetapi juga menjadi orang penting yang diminta menyampaikan sambutan dalam pertemuan agung itu. Dalam sambutannya ia menghimbau umat Buddha dan umat-umat dari agama-agama lain agar turut mengatasi permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia.

Salah satu caranya adalah membentengi bangsa Indonesia secara moral, spiritual, dan keagamaan. la mengingatkan bahwa bangsa Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada sejumlah masalah yang cukup pelik, seperti mengatasi gerakan separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pertikaian di Papua, dan sejumlah peledakan bom di berbagai tempat. Seluruh komponen bangsa harus bersatu untuk menyelesaikan masalah itu. la meminta secara khusus kepada umat Buddha agar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Tentu saja, sebagai Menteri Agama, Said Agil harus juga menghadiri perayaan hari-hari raya agama-agama lain seperti Natal, Nyepi, dan Imlek. Selain di pelataran Candi Borobudur, perayaan Waisak Nasional pada waktu yang sama, Kamis, 15 Mei 2003, juga berlangsung di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Jakarta. Sejumlah pemimpin umat berbagai agama dan pejabat tinggi negara hadir dalam acara perayaan Waisak itu. Di antara orang-orang Muslim yang menghadiri acara itu adalah Ketua MPR Amien Rais, Ketua DPR Akbar Tanjung, cendekiawan Nurcholish Madjid, dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid.

Dalam kesempatan itu, Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid tampil pula sebagai pembicara. Nurcholish Madjid mengingatkan bahwa semua agama pada dasarnya berasal dari satu sumber, yaitu Sang Satu. la berkata: “Semua agama dalam inti yang paling mendalam adalah sama. Dalam bulan yang suci ini karena bersamaan ada perayaan Waisak/Maulid Nabi Muhammad s.a.w., dan kenaikan Isa al-Masih, kita semua harus menuju pada kedamaian.”

Sementara itu, Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa kedatangan Abu Ibrahim Woila, salah seorang ulama terkemuka dari Aceh Barat, ke rumah Abdullah Faqih adalah pertanda kalahnya pendapat yang menginginkan Aceh berdiri sendiri. Karena itu, keutuhan dan kedamaian bangsa harus dijaga bersamaan.